BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bisnis makin
berkembang, ilmupun makin berkembang, pelaku bisnispun harus mengikuti trend
perkembangan bisnis. Berawal dari bisnis lokal berlanjut menjadi bisnis
nasional kemudian merambah ke bisnis global. Ketika bisnis menjadi besar maka
segala daya upaya untuk mencapai kestabilan perusahaan, kreasi, inovasi untuk
memperluas bisnis sampai produk dan semua bisnis perusahaan dicintai oleh
pelanggannya bahkan bisa menjadikan kebaikan kepada lingkungan sosial budaya,
bukan saja di negeri sendiri bahkan sampai merambah ke negeri orang, itulah
percaturan bisnis global, dimana pemasaran global menjadi penting dipelajari,
dipahami dan diaplikasikan ke dunia bisnis yang sebenarnya, faktor lingkungan
sosial budaya menjadi salah satu dasar dalam mengembangkan bisnis global.
Bagaimana perusahaan bisa menembus pasar negara lain dengan lingkungan sosial
budaya yang berbeda. Di negara sendiri, minimal pelaku bisnis mengetahui
lingkungan sosial budaya negaranya sendiri, sehingga bisnis yang dilakukan bisa
diterima dengan baik oleh lingkungan sendiri.
Bisnis global
merupakan bagian bisnis internasional, kesuksesan pelaku bisnis global tentunya
tidak lepas dari pengetahuan pemasaran global, yang menyangkut lingkungan
sosial budaya dalam pemasaran global pada dasarnya bagaimana pelaku bisnis
memahami lingkungan sosial budaya masyarakat yang berbeda di negara lain,
sehingga apa yang menjadi produk yang dijual bisa diterima dengan baik oleh
masyarakat dalam hal ini pelanggan yang berada di negara lain. Suatu produk
global bisa dikatakan sukses dan laku di pasaran global apabila masyarakat
disuatu negara yang menjadi sasaran pemasaran menerima, merasakan, puas,
mencintai produk tersebut, sehingga menjadikan loyal terhadap produk tersebut,
bahkan ada yang sampai menjadi budaya, gaya hidup di lingkungan sosial bagi
pemakainya.
Inilah yang
melatarbelakangi penyusun menulis makalah ini bagaimana gambaran pemasaran
global dan penetapan harga jual dalam rangka menambah wawasan dalam bidang
pemasaran, terutama pemasaran global.
1.2 Rumusan Masalah
Agar
permasalahan tidak meluas serta dapat lebih terarah pada pokok permasalahan,
maka dapat dirumuskan permasalahan berdasarkan latar belakang yang dikemukakan
di atas adalah sebagai berikut :
1)
Apa yang dipertimbangkan PT.
Coca Cola Companny dalam melakukan penetapan harganya?
2) Bagaimana PT. Coca Cola Company
melakukan penetapan harga produknya terhadap konsumen?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui bagaimana cara penetapan harga PT. Coca Cola Company
2) Untuk mengetahui pengaruh peneteapan harga terhadap keputusan pembelian konsumen.
1) Untuk mengetahui bagaimana cara penetapan harga PT. Coca Cola Company
2) Untuk mengetahui pengaruh peneteapan harga terhadap keputusan pembelian konsumen.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 PENGARUH LINGKUNGAN PADA KEPUTUSAN PENETAPAN
HARGA
Banyak sekali
pertimbangan lingkungan yang dihadapi oleh pemasaran global ketika memutuskan
penetapan harga. Di antaranya adalah fluktuasi mata uang, inflasi, pengaturan
dan subsidi oleh pemerintah, tingkah laku kompetitif, serta permintaan pasar.
2.1.1 Fluktuasi Mata Uang
Fluktuasi nilai
mata uang merupakan fakta kehidupan bisnis internasional. Pemasar harus
memutuskan apa yang akan dilakukan atas kenyataan ini. Apakah penyesuaian harga
ketika mata uang menguat atau melemah? Ada dua posisi yang ekstrime ; satu
adalah menetapkan harga produk di pasar negara sasaran, jika ini dilakukan
setiap apresiasi atau depresiasi nilai mata uang di negara yang memproduksi itu
akan menghasilkan keuntungan atau kerugian bagi penjual. Posisi ekstrim lainnya
adalah menetapkan harga produk berdasarkan nilai mata uang negara asal, jika
ini dilakukkan, setiap apresiasai atau depresiasi mata uang negara asal akan
mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga bagi pelanggan dan tidak ada
konsekuensi segera bagi penjual. Dalam prakteknya perusahaan jarang
mengasumsikan kedua posisi ekstrim ini keputsan harga harus konsisten dengan
seluruh strategi bisnis dengan pemasaran perusahaan, jika strategi itu jangka
panjang maka masuk akal mengorbankan pangsa pasar utuk mempertahankan margin
ekspor bila fluktasi mata uang menghasilkan apresiasi nilai mata uang negara
pengekspor, perusahaan yang bijaksana melakukan dua hal mereka menerima bahwa
fluktuasi mata uang itu dapat berdampak tidak menyenangkan bagi margin operasi
dan mereka menggandakan usaha-usaha mereka untuk mengurangi biaya dalam jangka
pendek. Marginyang lebih rendah memampukan mereka untuk mempertahankan harga
dipasar sasaran dan dalam jangka menengah mendorong penurunan biaya yang
memampukan memperbaiki margin operasi.
Bagi perusahaan
yang berada di posisi pasar yang kuat dan kompetitif kenaikan harga dapat
dilimpahkan kepada pelanggan tanpa penurunan signifikan pada volume penjualan
dalam situasi pasar yang lebih kompetitif perusahaan yang ada di negara yang
mata uangnya kuat akan sering menahan kenaikan harga dengan mempertahankan
harga pasar internasional padan tingkat pra-evaluasi dalam praktik nyataya
manufaktur dan distributornya dapat bekerjasama untuk mempertahankan pangsa
pasar di pasar internasional. Salah satu pihak atau keduanya dapat memilih
untuk mengambil persentase laba yang lebih rendah. Distributor dapat juga
memilih untuk membeli lebih banyak produk guna mencapai volume diskon.
Alternatif lainnya adalah mempertahankan inventory yang lebih ramping jika
manufaktur dapat memberikan layanan penyerahan barang secara just in time
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan ini, adalah mungkin untuk
mempertahankan harga yang kompetitif di pasar dimana devaluasi mata uang di
negara pengimpor tidak terlalu mempengaruhi harga.
Jika mata uang
sebuah negara lemah dibandingkan dengan mata uang mitra dagangnya produsen di
negara yang mata uangnya lemah dapat memotong harga ekspor untuk mempertahankan
pangsa pasar atau membiarkan harga itu sendiri membuat margin laba yang lebih
sehat. Pengalaman Compbell Soup Company di Jepang juga mengilustrasikan pilihan
strategi harga akibat devaluasi mata uang. Pada tahun 1985 ketika dolar kuat
dan kurs mata uang ¥240/$1, satu kaleng Sup Coumbell dijual di Jepang seharga
¥220 yang setara dengan $ 0,91 (220/240=0,91) di tahun 1987 kurs mata uang
adalah ¥142/$1 yang mencerminkan lemahnya dolar (kalau dipakai untuk membeli yen
yang diperoleh lebih sedikit) dan yen yang lebih kuat (kalau membeli $1
diperlukan lebih sedikit yen) bila Coumpbell tidak menyesuaikan harganya di
Jepang mereka akan memperoleh penghasilan besar. Sup dalam kaleng dengan harga
¥220 jika diubah menjadi dolar akan diperoleh $1,69-kenaikan sebesar 85%
(220/142=1,69) Coumpbell mengadopsi pendekatan proaktif dan menurunkan harga
satu kaleng sup menjadi ¥185, tetapi walapun dengan menurunkan harga yen yang
lebih kuat masih menggunakan harga sebagai variabel strategis untuk
meningkatkan volume penjualan. Coumbell juga menginvestasikan lagi laba
tambahan yang didapat dengan menaikan staf penjualan dan menawarkan kemuh=dahan
bagi para pedagang eceran sebagai usaha dalam meraih distribusi yang lebih
luas.
2.1.2 Perjanjian Kurs Mata Uang
Banyak penjualan merupakan hasil dari
kontrak-kontrak untuk memasok barang atau jasa seiring dengan waktu. Ketika
kontrak ini terjadi antara dua pihak di dua negara masalah fluktuasi kurs mata
uang dan risiko perputaran harus dikenali.
Perjanjian kurs mata uang memungkinkan pembeli dan
penjual menyetujuai untuk memasok dan membeli dengan harga tetap disetiap mata
uang negara dari perusahaan kurang dari 5%, fluktuasi tersebut tidak
mempengaruhi perjanjian harga yang tertuang dalam perjanjian kurs mata uang.
Fluktuasi kecil dalam kurs mata uang bukanlah untuuk melindungi baik pembeli
maupun penjual dari guncangan besar terhadap mata uang yang tidak terduga.
Rancangan dasar perjanjian kurs mata uang itu
bersifat terus-terang meninjau kembali kurs mata uang secara periodik (ini
ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat setiap interval dimungkinkan tetapi
kebanyakan perjanjiann itu menetapkan peninjauan ulang secara bulanan atau per
tiga bulanan) dan membandingkan rata-rata harian selama masa peninjauan ulang
dan berdasarkan rata-rata awal. Jika perbandingan itu mengakibatkan fluktuasi
kurs mata uang diluar kisaran fluktuasi yang telah disepakati dilakukan
penyesuaian untuk menyatukan harga dengan kurs mata uang baru jika fluktuasi
berada dalam beberapa kisara (dalam contoh gambar 13-3 kisaran ini ditetapkan
tidak lebih besar dari ± 5 persen). Jika fluktuasi lebih besar dari beberapa
batas (dalam contoh kita, 10%) pihak-pihak yang terlibat setuju untuk membahas
dan menegosiasikan harga baru.
Dengan kata lain perjanjian itu menerima pengaruh
pasar mata uang asing atau nilai mata uang tetapi hanya jika dalam kisaran 5
sampai 10 % apabila kurang dari 5% tidak akan mempengaruhi harga tetapi apabila
lebih dari 10% membuka kemungkinan negosiasi ulang terhadap harga.
2.1.3 Menetapkan Harga Dalam Lingkungan Yang
Sedang Dilanda Invlasi
Invlasi, atau perubahan harga yang selalu naik
merupakan fenomena di seluruh dunia invlasi memerlukan penyesuaian harga secara
periodik. Penyesuaian ini diperlukan karena biaya meningkat yang harus dicakup
dalam harga jual yang meningkat tadi. Persyaratan yang perlu dari penetapan
dari harga dilingkungan yang mengalami invlasi adalah mempertahankan margin
laba operasi. Tidak peduli praktik akunting biaya bila sebuah perusahaan
marginnya perusahaan itu secara efektif melindungi dirinya dari pengaruh
invlasi. Untuk menangulangi invlasi dari peru misalnya Procter dan Gamble harus
menaikan harga detergen dengan 20% sampai 30% setiap dua minggu.
Dalam cakupan bab ini hanya dimungkinkan menyentuh
banyak masalah akunting dan kebiasaan yang berkaitan dengan penyesuaian harga
di pasar internasional. Terutama perlu dicatat bahwa metode penetapan biaya
FIFO (First in First Out) tidak cocok dengan dalam situasi invlasi. Praktik akunting
yang lebih tepat dalamm kondisi harga yang meningkat adalah metode LIFO (Last
in First Out) yang menggunakan harga bahan baku yang dibeli paling akhir untuk
menetapkan biaya produk yang dijual dalam lingkungan dengan invlasi tinggi,
pendekatan historis merupakan metode penetapan biaya yang kurang memadai
daripada biaya pengganti yang disebut terakhir menggunakan pendekatan next in,
first out. Walaupun metode ini tidak sesuai dengan Generaly Acepted Acounting
Principles (GAAP, prinsip-prinsip akunting yang diterima secara umum). Tetapi
dipergunakan utuk membuat perkiraan harga di masa depan yang harus dibayarkan
untuk bahan baku dan komponen yang lain. Biaya penggantian ini kemudian dapat
diperguanakan untuk menentukan harga walaupun pendekatan ini bermanfaat dalam
membuat keputusan managerial, metode ini tidak dapat dipergunakan dalam laporan
keuangan. Tidak peduli metode akunting yang dipergunakan, persyaratan yang
penting dalam kondisi invlasi dari sistem penetapan biaya yang manapun adalah
mempertahankan margin laba kotor dan laba operasi. Tindakan manajerial dapat
mempertahankan margin ini karena hambatan berukit ini.
2.1.4 Kendali dan Subsudi Pemerintah
Bila tindakan pemetintah membatasi kebebasan
manajemen untuk menyesuailan harga, dengan sendirinya usaha mempertahankan
marjin yang dikorbnkan. Dengan kondisi tertentu, tindakan pemerintah merupakan
ancaman serius terhadap kemempuan menghasilkan laba dari operasi anak
perusahaan. Sebuah negara yang mengalami kesulitan keuangan serius dan berada
di tengah krisis keuangan (misalnya, kekurangan cadangan mat uang asing yang
sebagian karena inflasi, sehingga terjadi pelarian modal) berada dalam tekanan
untuk melakukan beberapa jenis tindakan. Keadaan ini terjadi di Brazil selama
bertahun-tahun. Dalam beberapa keadaan, pemerintah akan mengambil
langkah-langkah segera, bukannya mengungkapkan penyebab inflasi dan kekurangan
cadangan mata uang asing. Langkah-langkah seperti itu biasanya menggunakan
pengendalian biaya secara umum, atau lebih mungkin menggunakan pengendalian
biaya secara selektif. Kalau pengendalian biaya selektif dipilih, perusahaan
asing lebih mudah dikendalikan daripada bisnis lokal, apalgi bila perusahaan
asing kurang dapat memberikan pengaruh pada keputusan politik pemerintah sepert
yang dimiliki oleh manajer lokal.
Pengendalian pemerintah dapat juga terjadi dalam
bentuk deposit uang tunaiyang harus disediakan oleh pengimpor. Ini merupakan
persyaratan bahwa sebuah perusahaan menyediakan dana dalam bentuk deposit yang
tidak mendapatkan bunga untuk jangka waktu tertentu bila perusahaan itu ingin
mengimpor produk.
Subsidi pemerintah dapan juga memberikan tantangan
pada sebuah perusahaan untuk menggunakan sumber pemasok secara strategik agar
tetap bersaing dalam harga. Di Eropa, pemerintah memberikan subsidi pada sektor
pertanian yang membut distributor mkanan olahan A.S. sulit bersaing dalamm
harga jika mengekspor ke ME. Di Amerika Serikat beberapa, tetapi tidak semua,
sektor pertanian disubsidi. Misalnya, produsen pemproses unggas A.S. tidak disubsidi,
suatu situasi yang membuat harga produk mereka tidak bersaing di pasar dunia.
Salah satu pemproses ayam di daerah Midwest yang mempunyai pelanggan di Eropa
menggunakan pemasok produknya dari Prancis untuk dijual di Belanda. Dengan
melakukan hal itu, perusahaan memperoleh keunggulan berupa biaya yang lebih
rendah akibat subsidi dan menghilangkan eskalasi harga akibat tarif dan bea
masuk.
2.1.5 Tingakah Laku Persaingan
Keputusan penetapan harga tidak hanya dipengaruhi
oleh biaya, tetapi juga oleh permintaan
dan tindakan pesaing. Jadi, hambatan lain dari fleksibilitas manajemen untuk
mempertahankan marjin laba kotor dan laba operasional adalah tingkahda laku persaingan. Bila pesaing tidak
menyesuaikan harga mereka sebagai respons meningkatnya biaya, manajemen-bahkan
bila sudah mengetahui dengan tepat pengaruh naiknya biaya pada laba
operasi-akan amat terhambat dalam kemampuan untuk menyesuaikan harga yang
diperlukan. Sebaiknya, bila pesaing mempunyai pabrik dengan upah tenaga kerja
yang rendah atau mencari pemasok dari negara dengan upah yang rendah, mungkin
harga perlu diturunkan agar tetap kompetitif.
2.1.6 Hubungan Antara Harga dan Mutu
Apakah ada hubungan antara harga dan mutu? Dalam
kenyataanya. Apakah anda menerima sesuai dengan yang anda bayarkan? Selama
beberapa dekade lalu, studi-studi yang dilakukan di Amerika Serikat
mengindikasikan bahwa seluruh hubungan antara harga dan mutu seperti yang
diukur oleh organisasi pengujian pelanggan sangat lemah. Studi internasional
terkini di empat negara menemukan tingginya tingkat kesamaan dengan hasil studi
yang dilakukan di A.S. para penulis menyimpulkan bahwa kurangnya hubungan
antara harga dan mutu yang kuat menjadi fenomena internasional. Tidaklah
mengejutkan bila perusahaan mengetahui
bahwa konsumen melakukan keputusan membeli dengan informasi yang terbatas dan
lebih tergantung pada tampilan dan gaya produk dan kurang pada mutu teknis
seperti diukur oleh organisasi pengujian.
2.2 PENETAPAN HARGA TRANSFER
Penetapan harga transfer (transfer pricing) adalah
penetapan harga barang dan jasa yang dibeli dan dijual oleh unit atau divisi
operasi sebuah perusahaan. Dengan kata lain, penetapan harga transfer
menyangkut pertukaran intra-perusahaan-transaksi antara pembeli dan penjual
yang mempunyai induk perusahaan yang sama. Sebagai contoh, anak perusahaan
Toyota menjual untuk, dan membeli dari satu sama lain. Hal yang sama terjadi
juga pada perusahaan lain yang beroperasi secara global. Sistem dan kebijakan
penetapan harga transfer intra-perusahaan yang sesuai ditujukan untuk
memastikan keuntungan di setiap level. Ketika perusahaan memperluas operasinya
melintasi batas negara, penetapan harga tranfer mengambil dimensi dan
komplikasi yang baru. Dalam menentukan penetapan harga transfer terhadap anak
perusahaan, perusahaan global harus mengenali sejumlah isu, menyangkut pajak,
kewajiban dan tarif, aturan transfer laba negara, sasaran yang bertentangan
dari para mitra usaha patungan, dan regulasi pemerintah.
Ada tiga pendekatan alternatif utama untuk penetapan harga
transfer. Pendekatan tersebut bervariasi menurut sifat perusahaan, produk,
pasar, dan lingkungan historis dari masing-masing kasus. Alternatif tersebut
adalah :
1) Penetapan
Harga Transfer Berdasarkan Biaya
Perusahaan yang mengguakan pendekatan berdasarkan
biaya dapat melakukan penetapan harga transfer yang hanya mencerminkan biaya
variabel dan biaya manufaktur yang tetap. Alternatifnya, penetapan harga
transfer mungkin sepenuhnya berdasarkan biaya, termasuk biaya tidak langsung
(overhead cost) pemasaran, litbang, dan bidang fungsional lainnya. Cara biaya
itu didefinisikan berdampak pada tarif dan kewajiban penjual terhadap afiliasi
dan anak perusahaan oleh perusahaan global.
Harga biaya plus (cost-plus pricing)
merupakan variasi dari pendekatan berdasarkan biaya. Perusahaan yang mengikuti
metode harga cost-plus mengambil posisi dimana laba harus ditunjukan untuk
produk atau jasa mana saja di setiap tahap pergerakan di seluruh sistem
korporasi. Dalam beberapa hal, harga transfer dapat ditetapkan pada presentase
tertentu dari biaya tetap, seperti “110 persen dari biaya”. Sedangkan harga
cost-plus dapat menghasilkan harga yang benar-benar tidak berkaitan dengan
kondisi persaingan dan permintaan di pasar internasional, banyak eksportir yang
sukses menggunakan pendekatan ini.
2) Penetapan
Harga Transfer Berdasarkan pada Pasar
Harga transfer berdasarkan pada pasar dihitung dari
harga yang diperlukan untuk menjadi bersaing di pasar internasional. Hambatan
dari harga ini adalah harga pokok. Untuk menggunakan harga transfer berdasarkan
pada pasar untuk memasuki pasar baru yang terlalu kecil untuk mendukung proses
manufaktur lokal, mungkin perlu mencari pemasok dari negara ketiga. Keadaan ini
membuat perusahaan dapat memperkenalkan namanya atau membuat franchise di pasar
tanpa harus melakukan investasi modal yang besar.
3) Menegosiasikan
Harga Transfer
Alternatif ketiga ini memungkinkan afiliasi
organisasi untuk menegosiasikan harga transfer diantara mereka. Dalam beberapa
kasus, harga transfer akhir dapat mencerminkan biaya dan harga pasar, tetapi
ini bukanlah tujuannya. Standar penting dari negosiasi harga transfer ini
dikenal sebagai harga yang menjaga jarak (arm’s length): harga oleh dua pihak
yang benar-benar independen dan tidak mempunyai kaitan yang akan dinegosiasikan.
2.2.1 Peraturan Perpajakan dan Harga Transfer
Banyak pemerintah yang mencoba memaksimalkan
pendapatan pajak nasional dengan cara memeriksa penghasilan perusahaan dan
memberi mandat realokasi penghasilan dan pengeluaran. Apa yang dapat dilakukan
oleh perusahaan dalam bidang penetapan harga internasionalsehubungan dengan
undang-undang pajak dewasa ini ? penting untuk dicatat bahwa Peraturan
Departemen Keuangan tidak mempunyai bobot undang-undang sampai diterima oleh
pengadilan. Pemasar global harus meneliti peraturan dengan seksama, bukan
karena semuanya merupakan undang-undang pajak tetapi karena menjadi pedoman IRS
ketika melakukan pemeriksaan transaksi antara organisasi bisnis yang berkaitan.
Di Amerika Serikat, section 482 dari kode pajak dan peraturan yang menyertainya
ditujukan pada penetapan harga transfer.
2.2.2 Penjualan Milik Berwujud dan Tidak Berwujud
Section 482 dari peraturan Departemen Keuangan A.S. mengenai
transfer bahan baku, barang jadi, dan barang setengah jadi intra-perusahaan
yang diatur seperti halnya milik tidak berwujud yang dibebankan untuk
penggunaan teknologi manufaktur (Tangible and Intangible Property). Peraturan
umum yang berlaku terhadap penjualan hak milik berupa barang berwujud adalah
rumus menjaga jarak didefinisikann sebagai harga yang dibebankan dalam
transaksi independen antara pihak-pihak yang tidak berkaitan dibawah lingkungan
yang serupa.
Menurut metode harga tidak dikendalikan sebagai
pembanding, penjualan yang tidak diatur (antara penjual dan pembeli yang tidak
mempunyai kaitan) dianggap dapat dibandingkan dengan penjualan yang diatur
(penjualan antara pihak-pihak yang yang saling berkaitan) bila hak milik dan
lingkungan yang berlaku di situ identik
atau hampir identik dengan penjualan yang diatur. Bila penyelidikan
terhadap harga yang menjaga jarak membawa perusahaan global pada biaya plus,
hal itu sepenuhnya berasal dari metode dasar penetapan harga seperti yang
dijelaskan di atas.
2.2.3 Penetapan Harga untuk Bersaing
Peraturan itu tidak mengijinkan sebuah perusahaan
untuk memberikan respon pada faktor kompetitif yang ada di setiap pasar,
domestik maupun global. Untunglah, peraturan itu menyediakan peluang bagi
perusahaan penjual produk asal A.S. yang berusaha untuk bersaing lewat harga
atau menetapkan harga yang agresif dalam pemasaran internasionalnya. Pada
dasarnya posisi pasar mengambarkan investasi dan aset. Sebuah perusahaan akan
melakukan investasi dalam bentuk aset seperti itu hanya kalau perusahaan dapat
mengendalikan penjual ulang. Peraturan itu dapat juga diinterpretasikan memberi
izin sebuah perusahaan untuk menurunkan harga transfer dengan tujuan memasuki
pasar baru atau mengimbangi persaingan di pasar saat ini baik dengan
melembagakan pengurangan harga atau menaikan usaha pemasaran di pasar sasaran.
2.2.4 Pentingnya Peraturan Section 482
Apapun alasan (rationale) suatu penetapa harga yang
penting adalah bahwa para manajer yang terlibat dalam keputusan kebijakan
penetapan harga internasional harus mengenal peraturan section 482. Alasan
penetapan harga yang dipakai oleh perusahaan harus sesuai dengan semangat dari
peraturan itu. Harga yang rasional harus memperkuat tujuan regulasi ini. Dalam
upaya mengembangkan aturan penetapan harga transfer yang lebih mungkin untuk
dilaksanakan, IRS mengeluarkan regulasi sementara pada tanggal 13 Januari 1993,
menghendaki agar dokumentasi sesuai dengan zamanya yang mendukung keputsan
harga transfer. Dokumentasi tersebut membutuhkan partisipasi personil manajemen
dan pemasaran dalam keputusan penetapan harga transfer, yang bertentangan
dengan depatemen pajak. Perusahaan harus bersiap-siap menunjukkan bahwa metode
harga mereka adalah hasil dari pilihan yang diberitahukan, bukan sepintas lalu
saja.
Memang benar bahwa regulasi Departemen Keuangan dan
Kebijakan yang ditetapkan IRS seringkali tampak berbelit-belit sehingga sulit
dipahami. Namun, terdapat cukup banyak bukti bahwa pemerintah sebenarnya hanya
berusaha mencegah adanya perusahaan yang menghindari pajak dan memastikan
distribusi penghasilan yang adil dari operasi perusahaan yang melakukan bisnis
internasional.
2.2.5 Hambatan Bea Masuk dan Tarif
Biaya dan laba korporasi juga dipengaruhi oleh
besarnya bea masuk impor. Semakin tinggi bea masuk itu, semakin rendah harga
transfer yang diinginkan. Banyak perusahaan cenderung mengecilkan atau
mengabaikan pengaruh pajak ketika mengembangkan kebijakan penetapan harga.
Terdapat beberapa alasan yang mendasari tindakan tersebut. Pertama, beberapa
perusahaan menganggap penghematan membayar pajak kecil artinya dibandingkan
dengan penghasilan yang dapat diperoleh dengan mengkonsentrasikan pada sistem
yang efektif untuk memotivasi dann alokasi sumber daya korporasi. Kedua,
perusahaan menganggap usaha apapun untuk meminimalkan pajak secara sistematik
tidak bermoral. Alasan lain adalah kebijakan penetapan harga yang sederhana,
konsisten, dan langsung akan meminimalkan masalah penyelidikan pajak yang dapat
berkembang bila kebijakan penetapan harga yang lebih tajam dilakukan. Menurut
argumen ini, penghematan dalam waktu eksekutif dan biaya untuk membayar
konsultan dari luar seimbang dengan tambahan pajak yang mungkin harus dibayar
dengan menggunakan pendekatan seperti itu.
2.2.6 Usaha Patungan
Usaha patungan menyajikan insentif untuk menentukan
harga transfer pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dipergunakan dalam
penjualan ke afiliasi yang sepenuhnya dimiliki sendiri, karena bagian yang
diperoleh perusahaan dalam usaha patungan dari penghasilan kurang dari 100%.
Laba yang diperoleh dari usaha patungan harus dibagi. Semakin seringnya audit
yang dilakukan oleh petugas pajak merupakan alasan penting untuk memikirkan
perjanjian yang juga dapat diterima oleh petugas pajak. Kriteria petugas pajak
mengenai harga untuk menjaga jarak mungkin paling cocok untuk kebanyakan usaha
patungan.
Untuk menghindari konflik yang mungkin terjadi,
perusahaan yang mempunyai usaha patunganharus memikirkan terlebih dahulu
persetujuan penetapan harga yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Di
bawah ini dipaparkan beberapa pertimbangan penetapan harga transfer usaha
patunggan :
1. Cara
harga trasfer akan disesuaikan sebagai respon terhadap perubahan kurs mata uang
2. Penurunan
biaya manufaktur yang diharapkan akibat perbaikan dari kurva belajar
(learning-curve) dan bagaimana mencerminkan hal ini dalam harga transfer
3. Perubahan
pemasok produk atau komponen dari pemasok induk ke pemasok alternatif
4.
Pengaruh persaingan pada volume dan
marjin keseluruhan.
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
3.1 Profil The Coca-Cola Company
The Coca Cola Company merupakan perusahaan minuman terbesar dunia,
dengan manufaktur terbesar, serta distributor dan pemasar yang memusatkan
penjualan minuman non-alkohol dan sirup di Dunia. Perusahaan Coca Cola mulai
dikenal masyarakat melalui salah satu produknya yang terkenal, yaitu Coca-Cola.
Coca-Cola atau Coke adalah minuman bersoda kola yang dijual di berbagai
restoran, toko, dan mesin pengecer di lebih dari 200 negara. Coke adalah salah
satu merek yang paling dikenal dan paling luas penjualannya. Saingan utamanya
adalah Pepsi.
3.2 Sejarah Perusahaan Coca Cola
Rasa menyegarkan Coca-Cola pertama kali diperkenalkan pada tanggal 8 Mei 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Dialah yang pertama kali mencampur sirup karamel yang kemudian dikenal sebagai Coca-Cola. Frank M. Robinson, sahabat sekaligus akuntan John, menyarankan nama Coca-Cola karena berpendapat bahwa dua huruf C akan tampak menonjol untuk periklanan. Kemudian, ia menciptakan nama dengan huruf-huruf miring mengalir, Spencer, dan lahirlah logo paling terkenal di dunia.
Dr. Pemberton menjual ciptaannya dengan harga 5 sen per gelas di apotiknya dan mempromosikan produknya dengan membagi ribuan kupon yang dapat ditukarkan untuk mencicipi satu minuman cuma-cuma. Pada tahun tersebut ia menghabiskan US$46 untuk biaya periklanan. Pada tahun 1892, Pemberton menjual hak cipta Coca-Cola ke Asa G. Chandler yang kemudian mendirikan perusahaan Coca-Cola pada 1892. Chandler piawai dalam menciptakan perhatian konsumen dengan cara membuat berbagai macam benda-benda cinderamata berlogo Coca-Cola. Benda-benda tersebut kemudian dibagi-bagi di lokasi-lokasi penjualan penting yang berkesinambungan. Gaya periklanan yang inovatif, seperti desain warna-warni untuk bus, lampu gantung hias dari kaca, serta serangkaian cinderamata seperti kipas, tanggalan dan jam dipakai untuk memasyarakatan nama Coca-Cola dan mendorong penjualan.
Upaya mengiklankan merek Coca-Cola ini pada mulanya tidak mendorong penggunaan kata Coke, bahkan konsumen dianjurkan untuk membeli Coca-Cola dengan kata-kata berikut: "Mintalah Coca-Cola sesuai namanya secara lengkap; nama sebutan hanya akan mendorong penggantian produk dengan kata lain". Tetapi konsumen tetap saja menghendaki Coke, dan akhirnya pada tahun 1941, perusahaan mengikuti selera popular pasar. Tahun itu juga, nama dagang Coke memperoleh pengakuan periklanan yang sama dengan Coca-Cola, dan pada tahun 1945, Coke resmi menjadi merek dagang terdaftar.
3.3 Badan Usaha Perusahaan Coca Cola
Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV), adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.
Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.
3.2 Sejarah Perusahaan Coca Cola
Rasa menyegarkan Coca-Cola pertama kali diperkenalkan pada tanggal 8 Mei 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Dialah yang pertama kali mencampur sirup karamel yang kemudian dikenal sebagai Coca-Cola. Frank M. Robinson, sahabat sekaligus akuntan John, menyarankan nama Coca-Cola karena berpendapat bahwa dua huruf C akan tampak menonjol untuk periklanan. Kemudian, ia menciptakan nama dengan huruf-huruf miring mengalir, Spencer, dan lahirlah logo paling terkenal di dunia.
Dr. Pemberton menjual ciptaannya dengan harga 5 sen per gelas di apotiknya dan mempromosikan produknya dengan membagi ribuan kupon yang dapat ditukarkan untuk mencicipi satu minuman cuma-cuma. Pada tahun tersebut ia menghabiskan US$46 untuk biaya periklanan. Pada tahun 1892, Pemberton menjual hak cipta Coca-Cola ke Asa G. Chandler yang kemudian mendirikan perusahaan Coca-Cola pada 1892. Chandler piawai dalam menciptakan perhatian konsumen dengan cara membuat berbagai macam benda-benda cinderamata berlogo Coca-Cola. Benda-benda tersebut kemudian dibagi-bagi di lokasi-lokasi penjualan penting yang berkesinambungan. Gaya periklanan yang inovatif, seperti desain warna-warni untuk bus, lampu gantung hias dari kaca, serta serangkaian cinderamata seperti kipas, tanggalan dan jam dipakai untuk memasyarakatan nama Coca-Cola dan mendorong penjualan.
Upaya mengiklankan merek Coca-Cola ini pada mulanya tidak mendorong penggunaan kata Coke, bahkan konsumen dianjurkan untuk membeli Coca-Cola dengan kata-kata berikut: "Mintalah Coca-Cola sesuai namanya secara lengkap; nama sebutan hanya akan mendorong penggantian produk dengan kata lain". Tetapi konsumen tetap saja menghendaki Coke, dan akhirnya pada tahun 1941, perusahaan mengikuti selera popular pasar. Tahun itu juga, nama dagang Coke memperoleh pengakuan periklanan yang sama dengan Coca-Cola, dan pada tahun 1945, Coke resmi menjadi merek dagang terdaftar.
3.3 Badan Usaha Perusahaan Coca Cola
Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV), adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.
Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.
3.4 Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan misi merupakan bagian yang ada cerminan apa yang dicari
oleh perusahaan untuk mencapai serta bagaimana mencapai hal tersebut semua
memberikan arahan untuk memastikan bahwa mereka yang ada di dalamnya bekerja
untuk tujuan yang sama.
VISI
Visi
Perusahaan adalah “Menjadi perusahaan produsen minuman terbaik di Asia
Tenggara”.
MISI
Misi
Perusahaan adalah “Memberikan kesegaran kepada pelanggan dan konsumen kita
dengan rasa bangga dan semangat sepanjang hari, setiap hari.”
Agar kita
dapat memenuhi visi dan misi kita, cara kerja kita dan cara kita berhubungan
dengan semua pihak yangmemiliki kepentingan atas Perusahaan mulai dari konsumen
dan pelanggan hingga ke pemasok, terhadap pemerintah dan diri kita sendiri
harus dibangun atas dasar nilai-nilai yang kuat. Bertumpu pada dasar kejujuran
dan integritas, nilai-nilai inti kita adalah:
Nilai – nilai Perusahaan
:
1.
Sumber Daya Manusia :
Mengembangkan Sumber Daya Manusia, menghargai prestasi serta menikmati apa yang
kita lakukan.
2.
Pelanggan : Menang untuk
pelanggan dan untuk diri sendiri.
3.
Semangat : Semangat untuk
bertindak, bertanggung jawab dan sukses.
4.
Inovasi : Selalu mencari
yang lebih baik
5.
Keunggulan : Senantiasa
melakukan pekerjaan yang terbaik.
6.
Warga Negara yang Baik :
Melakukan hal yang benar dari Perusahaan, masyarakat dan sesama. Kita
diharuskan untuk memelihara nilai-nilai perusahaan dengan selalu mempertahankan
standar dalam berperilaku.
3.5 Pemasaran coca cola
Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia . Melalui riset dan pengembangan (Research & Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri. Dengan memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta potensi kekayaan alam Indonesia , Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru yang menjadikan produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan pilihan yang beragam. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih spesifik, pada tahun 2002 Coca-Cola meluncurkan AQUARIUS, minuman isotonik yang diperuntukkan bagi mereka yang aktif dan gemar berolahraga. Pada tahun yang sama, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun 2003, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut “Fanta Oranggo”, setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan Fanta Nanas. Pada tahun ini pula, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Sunfill – produk minuman Sirup dan Serbuk instan rasa buah. Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.
Selain berinovasi pada produk-produk baru, Coca-Cola juga mencoba mengembangkan desain kemasan minuman, serta meningkatkan kualitasnya. Setelah meluncurkan Frestea dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih mudah dan praktis untuk dibawa. Pada akhir 2003, Coca-Cola, Sprite, dan Fanta hadir dalam kemasan kaleng ramping baru yang unik. Pada tahun 2004 ini, Coca-Cola hadir dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih ringan 30 % dengan desain mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru.
Strategi pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan kreatif. Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang berlangsung, baik melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan, maupun iklan TV. Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola versi Kabayan dinobatkan sebagai iklan paling efektif dalam bulan Pebruari dan Maret versi survey TV Ad Monitor MRI. Promo Coca-Cola juga memanfaatkan momentum tertentu, misalnya: Demam Piala EURO 2004. Dengan memanfaatkan event berskala nasional maupun internasional, Coca-Cola mencoba tampil dengan strategi pemasaran baru yang menarik masyarakat.
Selain berinovasi dalam produk, kemasan, dan strategi pemasaran; perlengkapan penjualan baru juga dikembangkan ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan inovasi ini, Coca-Cola Indonesia menciptakan jenis krat baru yang lebih ringan, dibuat dari bahan yang ramah lingkungan.
Kunci sukses inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola Bottling Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman cepat saji dengan rasa baru, serta keinginan untuk menjadikan Coca-Cola Indonesia sebagai perusahaan minuman cepat saji yang lengkap.
3.6 Pemasaran Coca Cola Di Indonesia
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan terkemuka di Indonesia. Kami memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi dari The Coca-Cola Company. Perusahaan memproduksi dan mendistribusikan produk Coca-Cola ke lebih dari 400.000 outlet melalui lebih dari 120 pusat penjualan.Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari perusahaan-perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil Limited, yang merupakan salah satu produsen dan distributor terbesar produk-produk Coca-Cola di dunia.
Coca-Cola Bottling Indonesia memproduksi merek-merek inti seperti Coca-Cola, Sprite, Fanta, dan Frestea di dalam pabrik-pabriknya yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk menjaga agar mutu minuman yang dihasilkan sesuai dengan standar, kami menerapkan dengan ketat proses produksi yang diakui secara internasional.
Pemberian kode-kode pada setiap produk merupakan bagian terpenting dari keseluruhan proses. Dengan kode-kode itu kami menjaga agar para pelanggan mendapatkan minuman kami dalam rasanya yang terbaik.
Setiap kode menunjukkan keterangan-keterangan tertentu tentang produk tersebut. Ada kode yang menunjukkan keterangan tentang tanggal pembuatan. Ada kode yang lebih rumit, terdiri atas huruf dan angka yang menunjukkan hari, bulan, shift, dan pabrik tempat minuman tersebut dibuat. Ada lagi yang tidak tampak pada kemasan karena tinta yang digunakan hanya dapat dibaca dengan teknologi khusus. Semua itu menunjukkan komitment kami untuk memastikan bahwa teknologi, sumber daya manusia maupun material yang kami pergunakan, semuanya tertuju untuk kepuasan para pelanggan dan konsumen kami.
Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992. Mitra usaha Coca-Cola saat ini merupakan pengusaha Indonesia yang juga adalah mitra usaha saat perusahaan ini memulai kegiatan usahanya di Indonesia. Produksi pertama Coca-Cola di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik yang berlokasi di Jakarta. Produksi tahunan pada saat tersebut hanya sekitar 10.000 krat.Saat itu perusahaan baru memperkerjakan 25 karyawan dan mengoperasikan tiga buah kendaraan truk distribusi. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdiri 11 perusahaan independen di seluruh Indonesia guna memproduksi dan mendistribusikan produk-produk The Coca-Cola Company. Pada awal tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaan-perusahaan tersebut mulai bergabung menjadi satu. Tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari perusahaan-perusahaan tersebut bergabung dalam perusahaan-perusahaan yang kini dikenal sebagai Coca-Cola Bottling Indonesia.Saat ini, dengan jumlah karyawan sekitar 10.000 orang, jutaan krat produk kami didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 400.000 gerai eceran yang tersebar di seluruh Indonesia.
Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia . Melalui riset dan pengembangan (Research & Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri. Dengan memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta potensi kekayaan alam Indonesia , Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru yang menjadikan produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan pilihan yang beragam. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih spesifik, pada tahun 2002 Coca-Cola meluncurkan AQUARIUS, minuman isotonik yang diperuntukkan bagi mereka yang aktif dan gemar berolahraga. Pada tahun yang sama, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun 2003, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut “Fanta Oranggo”, setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan Fanta Nanas. Pada tahun ini pula, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Sunfill – produk minuman Sirup dan Serbuk instan rasa buah. Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.
Selain berinovasi pada produk-produk baru, Coca-Cola juga mencoba mengembangkan desain kemasan minuman, serta meningkatkan kualitasnya. Setelah meluncurkan Frestea dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih mudah dan praktis untuk dibawa. Pada akhir 2003, Coca-Cola, Sprite, dan Fanta hadir dalam kemasan kaleng ramping baru yang unik. Pada tahun 2004 ini, Coca-Cola hadir dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih ringan 30 % dengan desain mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru.
Strategi pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan kreatif. Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang berlangsung, baik melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan, maupun iklan TV. Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola versi Kabayan dinobatkan sebagai iklan paling efektif dalam bulan Pebruari dan Maret versi survey TV Ad Monitor MRI. Promo Coca-Cola juga memanfaatkan momentum tertentu, misalnya: Demam Piala EURO 2004. Dengan memanfaatkan event berskala nasional maupun internasional, Coca-Cola mencoba tampil dengan strategi pemasaran baru yang menarik masyarakat.
Selain berinovasi dalam produk, kemasan, dan strategi pemasaran; perlengkapan penjualan baru juga dikembangkan ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan inovasi ini, Coca-Cola Indonesia menciptakan jenis krat baru yang lebih ringan, dibuat dari bahan yang ramah lingkungan.
Kunci sukses inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola Bottling Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman cepat saji dengan rasa baru, serta keinginan untuk menjadikan Coca-Cola Indonesia sebagai perusahaan minuman cepat saji yang lengkap.
3.6 Pemasaran Coca Cola Di Indonesia
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan terkemuka di Indonesia. Kami memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi dari The Coca-Cola Company. Perusahaan memproduksi dan mendistribusikan produk Coca-Cola ke lebih dari 400.000 outlet melalui lebih dari 120 pusat penjualan.Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari perusahaan-perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil Limited, yang merupakan salah satu produsen dan distributor terbesar produk-produk Coca-Cola di dunia.
Coca-Cola Bottling Indonesia memproduksi merek-merek inti seperti Coca-Cola, Sprite, Fanta, dan Frestea di dalam pabrik-pabriknya yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk menjaga agar mutu minuman yang dihasilkan sesuai dengan standar, kami menerapkan dengan ketat proses produksi yang diakui secara internasional.
Pemberian kode-kode pada setiap produk merupakan bagian terpenting dari keseluruhan proses. Dengan kode-kode itu kami menjaga agar para pelanggan mendapatkan minuman kami dalam rasanya yang terbaik.
Setiap kode menunjukkan keterangan-keterangan tertentu tentang produk tersebut. Ada kode yang menunjukkan keterangan tentang tanggal pembuatan. Ada kode yang lebih rumit, terdiri atas huruf dan angka yang menunjukkan hari, bulan, shift, dan pabrik tempat minuman tersebut dibuat. Ada lagi yang tidak tampak pada kemasan karena tinta yang digunakan hanya dapat dibaca dengan teknologi khusus. Semua itu menunjukkan komitment kami untuk memastikan bahwa teknologi, sumber daya manusia maupun material yang kami pergunakan, semuanya tertuju untuk kepuasan para pelanggan dan konsumen kami.
Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992. Mitra usaha Coca-Cola saat ini merupakan pengusaha Indonesia yang juga adalah mitra usaha saat perusahaan ini memulai kegiatan usahanya di Indonesia. Produksi pertama Coca-Cola di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik yang berlokasi di Jakarta. Produksi tahunan pada saat tersebut hanya sekitar 10.000 krat.Saat itu perusahaan baru memperkerjakan 25 karyawan dan mengoperasikan tiga buah kendaraan truk distribusi. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdiri 11 perusahaan independen di seluruh Indonesia guna memproduksi dan mendistribusikan produk-produk The Coca-Cola Company. Pada awal tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaan-perusahaan tersebut mulai bergabung menjadi satu. Tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari perusahaan-perusahaan tersebut bergabung dalam perusahaan-perusahaan yang kini dikenal sebagai Coca-Cola Bottling Indonesia.Saat ini, dengan jumlah karyawan sekitar 10.000 orang, jutaan krat produk kami didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 400.000 gerai eceran yang tersebar di seluruh Indonesia.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Strategi dan
penetapan harga PT. Coca Cola Company
Para eksekutif mengeluh
bahwa penetapan harga membuat kepala pusing-dan semakin buruk dari hari ke
hari. Banyak perusahaan tidak menangani penetapan harga dengan baik dan angkat
tangan dengan “strategi” seperti berikut ini: “Kami menentukan biaya kami dan
mengambil marjin tradisional industri.” Kesalahan umum lainnya adalah tidak
cukup sering merevisi harga untuk mengkapitalisasikan perubahan pasar;
menetapkan harga bauran pemasaran lainnya secara independen dan bukan sebagai
elemen intrinsik dari strategi positioning pasar; serta tidak cukup
memvariasikan harga untuk berbagai jenis produk, segmen pasar, saluran
distribusi, dan kejadian pembelian. CEO GE Jeffrey Immelt menawarkan keluhan
yang dapat dihubungkan oleh banyak eksekutif.
GE merespons
dengan membuat penetapan harga menjadi salah satu dari tiga inisiatif teratas
dan memperkenalkan sejumlah perubahan:
l
Organisasi matriks yang didedikasikan untuk penetapan harga
telah diciptakan.
l
CMO, melapor ke CEO, memimpin inisiatif penetapan harga.
l
Manajer penetapan harga yang berdedikasi memfokuskan diri
pada penetapan harga
produk, dan dalam setiap unit bisnis biasanya ada Wakil Presiden atau direktur
penetapan harga yang melapor ke pimpinan pemasaran.
l
Penetapan harga telah ditambahkan dalam kurikulum pendidikan
eksekutif GE dan menjadi inisiatif wajib bagi Commercial Excellence Council
yang terdiri dari 100 eksekutif puncak GE.
l
Dewan Penetapan harga Global, yang terdiri dari pemimpin
penetapan harga dari setiap unit bisnis GE, mencari praktik penetapan harga
terbaik di seluruh GE dan menanamkan ke seluruh organisasi.
l
Dalam unit bisnis besar, Dewan Penetapan Harga Industri
memenuhi kebutuhan industri yang unik.
Bagi setiap
organisasi, strategi penetapan harga yang dirancang dan diimplementasikan
secara efektif memerlukan pemahaman mendalam tentang psikologi penetapan harga
konsumen dan pendekatan sistematis untuk mengatur, menyesuaikan, dan mengubah
harga
Perusahaan
melakukan penetapan harga dengan berbagai cara. Di perusahaan kecil, harga
sering ditentukan oleh atasan. Di Coca Cola, penetapan harga ditangani oleh
manajer divisi dan manajer lini produk. Bahkan di sini, manajemen puncak menetapkan
tujuan dan kebijakan penetapan harga umum dan sering menyetujui harga yang
diajukan oleh tingkat manajemen yang lebih rendah. Dalam industri di mana
penetapan harga menjadi faktor kunci, perusahaan sering membentuk departemen
penetapan harga untuk mengatur atau membantu departemen lain dalam menetapkan
harga yang tepat. Departemen ini melapor ke departemen perusahaan, departemen
keuangan atau manajemen puncak. Departemen lain yang mempengaruhi penetapan
harga meliputi manajer penjualan, manajer produksi, manajer keuangan, dan
akuntan.
"Meet-the-kompetisi
harga": Coca-Cola produk harga yang ditetapkan di sekitar tingkat yang
sama seperti pesaingnya, Coca Cola harus dirasakan berbeda namun tetap
terjangkau.
Seperti
perusahaan yang telah berhasil telah ada selama lebih dari satu abad, Coca Cola
telah tetap sangat lancar dan konsisten dengan strategi harga mereka. Mereka
telah memiliki layak dan "berbahaya" pesaing terus mendorong mereka
untuk menjadi lebih cerdas, lebih cepat, dan lebih baik. Sebuah kutipan dari
CEO Pepsi Co "mereka lebih sukses, begitu juga dengan kita semakin harus
tajam. Jika Coca Cola Company tidak ada, kita akan berdoa bagi seseorang untuk
menemukan mereka."
Sepanjang tahun
Coca Cola telah membuat banyak keputusan harga tetapi tidak ada keraguan bahwa
tujuan utama mereka adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Dalam
rangka untuk merebut pangsa pasar, Pepsi umumnya mulai turun harga, dan tak
lama setelah itu, Coca Cola memutuskan untuk menurunkan mereka sedikit tapi
tidak untuk semua produk. Misalnya, dalam Indi atau Pakistan, Coca Cola
difokuskan pada pengurangan harga wadah 200ml mereka (kaleng).
Coca Cola
menggunakan titik harga yang lebih rendah untuk menembus pasar baru yang sangat
sensitif terhadap harga. Coca Cola melakukan itu untuk menghadapi persaingan
dan untuk meningkatkan kesadaran merek di kalangan penduduk. Setelah
diimplementasikan kuat, maka posisinya sebagai "premium" dibandingkan
dengan banyak pesaing (ex: Pepsi), merek memiliki citra membawa manfaat yang
bersifat intangible dalam gaya hidup, afiliasi kelompok, saat sukacita dan
kebahagiaan ... tapi strategi pemasaran masih fokus pada kenikmatan terjangkau
kehidupan.
Pada pengecer ',
biasa promosi on-pack tersedia dalam rangka memenuhi tujuan perusahaan dan juga
untuk menarik konsumen untuk membeli lebih banyak.
Penetapan
harga yang berbeda-beda ini dikarenakan setiap komposisi pada setiap produk
mereka yang berbeda-beda, selain itu juga tingkat minat konsumen yang tinggi
mempengaruhi tingkat harga yang berbeda juga.
Semakin
besarnya komposisi produk maka semakin besarnya juga harga dari produk
tersebut, karena coca cola tidak mau mengalami kerugian, jika menjual produk
tersebut dengan harga yang terlalu murah.
Tingkat
minat konsumen yang tinggi akan mengakibatkan harga produk dari coca cola juga
akan lebih tinggi, hal ini disebapkan karena permintaan dari konsumen yang
sangat tinggi juga.
Namun
hal yang terjadi pada saat ini adalah harga produk coca cola dari bahan plastic
lebih mahal daripada yang berbahan kaca ? hal ini terjadi lagi karena minat
konsumen terhadap bahan plastic lebih tinggi daripada botol kaca tersebut,
melihat hal ini coca cola juga akhirnya
memperbanyak produksi botol plastic daripada botol kaca.
4.2 Analisis Hasil
Penelitian
4.2.1 Deskripsi
Hasil Kuesioner
Dari
30 exampler keusioner yang disebarkan memperoleh data sebagai berikut :
Responden
|
Umur
|
JK
|
Profesi
|
Skor Item untuk Petanyaan
|
jumlah
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||||
1
|
20-25
|
P
|
karyawan
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
3
|
34
|
2
|
15-19
|
W
|
pelajar
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
2
|
4
|
3
|
4
|
30
|
3
|
20-25
|
W
|
mahasiswa
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
30
|
4
|
20-25
|
P
|
mahasiswa
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
31
|
5
|
20-25
|
P
|
mahasiswa
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
34
|
6
|
20-25
|
P
|
mahasiswa
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
4
|
3
|
28
|
7
|
15-19
|
P
|
mahasiswa
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
4
|
30
|
8
|
20-25
|
P
|
mahasiswa
|
3
|
3
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
3
|
4
|
3
|
23
|
9
|
20-25
|
W
|
mahasiswa
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
28
|
10
|
20-25
|
W
|
mahasiswa
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
22
|
11
|
20-25
|
W
|
mahasiswa
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
30
|
12
|
20-25
|
W
|
mahasiswa
|
2
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
26
|
13
|
20-25
|
W
|
mahasiswa
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
30
|
14
|
20-25
|
W
|
mahasiswa
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
4
|
4
|
28
|
15
|
15-19
|
W
|
pelajar
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
2
|
3
|
26
|
16
|
15-19
|
W
|
pelajar
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
2
|
3
|
4
|
2
|
2
|
27
|
17
|
20-25
|
W
|
mahasiswa
|
2
|
3
|
3
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
25
|
18
|
>36
|
W
|
karyawan
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
25
|
19
|
26-35
|
W
|
karyawan
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
26
|
20
|
15-19
|
P
|
pelajar
|
3
|
3
|
4
|
3
|
4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
28
|
21
|
15-19
|
W
|
pelajar
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
33
|
22
|
>36
|
P
|
karyawan
|
3
|
3
|
4
|
4
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
30
|
23
|
20-25
|
P
|
mahasiswa
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
2
|
22
|
24
|
20-25
|
W
|
karyawan
|
4
|
3
|
4
|
3
|
4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
28
|
25
|
20-25
|
P
|
mahasiswa
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
34
|
26
|
20-25
|
P
|
karyawan
|
3
|
3
|
1
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
2
|
23
|
27
|
20-25
|
P
|
karyawan
|
3
|
3
|
2
|
2
|
1
|
2
|
2
|
1
|
2
|
2
|
20
|
28
|
20-25
|
L
|
karyawan
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
4
|
4
|
28
|
29
|
15-19
|
L
|
pelajar
|
4
|
3
|
2
|
3
|
2
|
3
|
2
|
2
|
3
|
4
|
28
|
30
|
15-19
|
P
|
pelajar
|
2
|
4
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
2
|
3
|
4
|
31
|
∑x
|
89
|
98
|
81
|
86
|
87
|
77
|
68
|
78
|
84
|
90
|
||||
∑y
|
838
|
4.2.2 Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan
sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur.
Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur
sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Dalam penelitian ini diambil dari 30 responden dari 10 pertanyaan, dapat
kita lihat di corrected item-total correlation nilai yang ada diatas 0,25,
karena uji validitas yang baik nilai dari setiap pertanyaan harus lebih dari
0,25. jika ada nilai yang dibawah niali tersebut sebaiknya dihilangkan, karena
didalam kuesioner ini ada pertanyaan yang kurang dari 0,25 maka nilai tersebut
dihilangkan, pertanyaan yang dihilangkan adalah pertanyaan no 9 dan 10. karena
dihilangkan butir pertanyaan berkurang menjadi 8 dari 30 responden.
Uji validitas dari kuesioner kami dapat dilihat dalam tabel dibawah
berikut:
Uji validitas sebelum P9 & P10 belum dihilangkan
Item-Total Statistics
|
||||
Scale
Mean if Item Deleted
|
Scale
Variance if Item Deleted
|
Corrected
Item-Total Correlation
|
Cronbach's
Alpha if Item Deleted
|
|
P1
|
24,9667
|
12,033
|
,303
|
,733
|
P2
|
24,6667
|
11,402
|
,628
|
,701
|
P3
|
25,2333
|
9,909
|
,513
|
,701
|
P4
|
25,0667
|
10,547
|
,629
|
,687
|
P5
|
25,0333
|
10,171
|
,488
|
,706
|
P6
|
25,3667
|
11,757
|
,434
|
,719
|
P7
|
25,6667
|
10,713
|
,644
|
,688
|
P8
|
25,3333
|
10,782
|
,423
|
,717
|
P9
|
25,1333
|
13,085
|
-,016
|
,782
|
P10
|
24,9333
|
12,202
|
,199
|
,748
|
Tabel diatas, memperlihatkan bahwa corrected item-total correlation setiap
item instrument lebih besar dari 0,25 yang berarti keseluruhan item valid,
kecuali P9 dan P10 yang kurang dari 0,25 yang berarti tidak valid dan tidak
dapat digunakan dalam penelitian maka harus dihilangkan, seperti pada tabel
berikut ini:
Uji validitas sesudah P9 & P10 dihilangkan
Item-Total Statistics
|
||||
Scale
Mean if Item Deleted
|
Scale
Variance if Item Deleted
|
Corrected
Item-Total Correlation
|
Cronbach's
Alpha if Item Deleted
|
|
P1
|
19,1667
|
10,695
|
,307
|
,810
|
P2
|
18,8667
|
10,189
|
,602
|
,780
|
P3
|
19,4333
|
8,116
|
,647
|
,763
|
P4
|
19,2667
|
9,237
|
,651
|
,765
|
P5
|
19,2333
|
8,668
|
,550
|
,781
|
P6
|
19,5667
|
10,737
|
,342
|
,806
|
P7
|
19,8667
|
9,154
|
,744
|
,754
|
P8
|
19,5333
|
9,499
|
,427
|
,800
|
4.2.3 Uji
Reliabilitas
Dalam penelitian, reliabilitas
adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan
berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap
dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang
sama.Dari hasil kuesioner yang dibuat menunjukan bahwa dalam pengujian
realibilitas sudah sangat reliable
dengan nilai 0,816 dari 8 pertanyaan karena uji reliabilitas yang baik
berada diangka 0,6-0,8. ditunjukan dalam tabel spss berikut:
Reliability Statistics
|
|
Cronbach's
Alpha
|
N of
Items
|
,806
|
8
|
Dari
hasil analisis tabel diatas, diketahui bahwa besarnya koefisien alpha cronbach
yaitu 0,806. Hasil tersebut menunjukan bahwa koefisien reliabilitas lebih besar
dari 0,6 yang berarti bahwa dimensi tersebut sangat reliable (handal) untuk
mengukur variable harga.
4.2.4 Kesimpulan
Bisa
kita lihat dari hasil analisis perhitungan uji validitas diatas adalah valid
karena semua item perntanyaan lebih dari 0,25 dan dari hasil uji reliabilitas
diatas adalah reliabel karena koefisien realibilitasnya lebih besar dari 0,6. Oleh
karena itu dari hasil kedua uji tersebut bisa kita lihat bahwa harga itu
mempunyai pengaruh atau peran yang penting terhadap pembelian Coca-Cola Company
juga terhadap perkembangan Coca-Cola Company.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Keputusan
penetapan harga merupakan unsur yang amat penting dari bauran pemasaran yang
harus mencerminkan
faktor biaya dan persaingan. Tidak terdapat batas maksimum harga absolut,
tetapi untuk pelanggan yang manapun, harga harus berkaitan dengan nilai produk
yang diterima oleh pelanggan. Tujuan dari kebanyakan strategi pemasaran adalah
menetapkan harga yang berkaitan dengan persepsi pelanggan mengenai nilai produk
dan pada waktu yang bersamaan tidak menyia-nyiakan kesempatan meraih laba.
Dengan kata lain, tujuan adalah memasang harga produk sesuai dengan nilai
pelanggan dan menutup semua biaya serta memberikan marjin untuk laba dalam
proses. Strategi harga memasukan market skimming, penetrasi pasar dan
mempertahankan pasar (market holding). Keputusan harga juga harus
memperhitungkan kenaikan harga yang terjadi bila prosuk dikirimkan dari satu
negara ke negara lain.
Penetapan
harga internasional dipersulit dengan kenyataan bahwa bisnis internasional
harus menyesuaikan dengan badan pembuat undang-unadang yang berbeda-beda dan
situasi kompetitif berbeda di setiap negara. Setiap perusahaan harus
memperhatikan pasar, persaingan, biaya, tujuannya sendiri, peraturan dan undang-undang lokalserta
regional saat menetapkan harga, yang konsisten dengan strategi pemasaran
keseluruhan. Dumping-menjual produk di pasar internasional pada harga di bawah
harga negara asal atau di bawah biaya produksi-dan impor paralel adalah dua
masalah penetapan harga yang saling bertentangan. Para manajer perusahaan juga
harus menetapkan harga transfer yang sesuai untuk sasaran profitabilitas
perusahaan yang juga sesuai dengan regulasi pajak di masing-masing pasar
negara.
5.2 SARAN
Atas kesimpulan diatas,kami menyarankan hal-hal
berikut ini agar dilaksanakan oleh pihak manajemen Coca-Cola Company sehingga
eksistensi perusahaan kedepannya terjamin dan keunggulan kompetitif mampu
dipertahankan.
- Secara umum rumusan strategi dari Coca-cola
Company telah cukup mumpuni, untuk itu kami berharap agar pihak manajemen
Coca-Cola Company mampu mengimplementasikan strategi-strategi yang telah
ada dengan baik dan sesuai apa yang dirumuskan manajemen.
- Perusahaan sebaiknya mulai merumuskan strategi
baru terutama yang terkait dengan pengembangan produk yang memiliki nilai
kesehatan, inovasi atas produk yang aware
pada selera konsumen, dipersivikasikan pada bisnis makanan ringan,
peningkatan pemasaran atas produk yang telah memiliki nilai kesehatan,
serta pengembangan strategi bisnis CSR demi tercapainya kesinambungan
keunggulan kompetitif perrusahaan Coca-Cola Company.
DAFTAR PUSTAKA
- http://documents.tips/documents/makalah-coca-cola-amatil-print-now.html
- http://devitanurasri.blogspot.co.id/2013/04/uts-strategic-planning-analisis-big.html
- http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=160601
- Warren J Keegan, 2007, Manajemen Pemasaran Global
Edisi Keenam Jilid Dua, PT.Indeks, Jakarta